Oleh: RIZAL TANJUNG, Seniman dan Budayawan. Tinggal di Kota Padang, Sumatera Barat
Tari Sang Hawa, karya Nan Jombang Dance Company, dipentaskan di Gedung Kebudayaan Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat pada 21 Desember 2024. Dengan koreografi oleh Eri Mefri, karya ini menggambarkan transformasi pemikiran dan pandangan terhadap tari kontemporer. Perubahan zaman yang membawa dampak pada semua aspek kehidupan, termasuk seni, menjadi gagasan utama dalam karya ini. Tari kontemporer bukan sekadar penguasaan teknik, tetapi juga penafsiran yang berkembang sesuai dinamika era.
Nan Jombang Dance Company terkenal dengan kemampuannya mengintegrasikan tradisi Minangkabau dengan pendekatan modern. Lewat Tari Sang Hawa, mereka mengajak penonton merenungkan kembali esensi tari, tidak hanya sebagai hiburan tetapi juga sebagai medium untuk mengeksplorasi nilai-nilai baru dan cara pandang yang segar.
Karya ini mencerminkan upaya menyatukan elemen tradisional dengan konteks global, sehingga relevan dalam lanskap seni internasional. Motif gerak tradisional Minangkabau diolah dengan teknik stilisasi, menciptakan harmoni antara keaslian tradisi dan kebutuhan ekspresi tari kontemporer. Pendekatan ini menghormati akar budaya lokal sekaligus memperluas daya tariknya ke audiens global. Dalam konteks seni internasional, karya semacam ini menjadi istimewa karena menghadirkan identitas unik yang berperan dalam dialog lintas budaya.
Penari Rio dan Angga Mefri. (Foto Yurnaldi/AjarDetik.com)
Stilisasi gerak tradisional menjadi jembatan penghubung antara kekayaan lokal dan modernitas. Gerakan ini memberikan makna baru pada narasi dan estetika tari, sehingga dapat diterima di panggung global tanpa kehilangan jiwa budaya asalnya.
Tari Sang Hawa adalah representasi seni tari yang kaya akan simbolisme dan filosofi. Judulnya menyiratkan hubungan antara roh (spiritualitas) dan jiwa (emosi manusia), yang menjadi inti dari perjalanan eksistensial manusia.
Hawa sebagai figur perempuan awal.
Dalam mitologi Abrahamik, Hawa melambangkan emosi, rasa, dan keberadaan manusiawi.
Hawa sebagai napas kehidupan.
Istilah "Sang Hawa" juga dapat diartikan sebagai angin atau napas kehidupan—jembatan antara roh yang ilahi dan jiwa yang terikat pada tubuh.
Dimensi Roh dan Jiwa dalam gerakan.
Roh: Mencerminkan dimensi ilahi yang kekal, dilambangkan melalui gerakan lembut dan selaras yang menjangkau ke atas.
Jiwa: Sebagai wadah emosi, ditampilkan dengan gerakan dinamis dan ekspresif, melambangkan pergolakan batin.
Musik melalui gumam dalam tarian ini menyentuh spektrum emosional yang luas. Elemen harmoni dan disonansi merefleksikan perjalanan antara roh dan jiwa, dari keterpisahan menuju keselarasan.
Tari Sang Hawa mengisahkan perjalanan Hawa sebagai simbol manusia yang mencari harmoni antara dimensi spiritual dan emosional. Tarian ini mungkin dimulai dengan keterpisahan atau kebingungan, lalu menuju introspeksi, hingga akhirnya mencapai pencerahan.
Secara filosofis, karya ini menjadi pengingat akan pentingnya keseimbangan antara roh dan jiwa. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia perlu menemukan harmoni antara kebahagiaan duniawi dan kedamaian spiritual.
Tari Sang Hawa adalah pertunjukan yang memukau, penuh renungan, dan menawarkan pengalaman mendalam bagi para penonton.
Padang, 21 Desember 2024.