Generasi Muda Sembilan Etnis di Padang Peroleh Bekal Wawasan Pembauran

Buka Foto

Ketua Forum Pembauran Kebangsaan Suardi Z Datuk Garang pada acara Pembekalan Wawasan Pembauran Kebangsaan Bagi Generasi Muda Antaretnis di Kota Padang, Kamis (25/7/2024)

 

PADANG, AjarDetik.com –Tantangan dan kemungkinan ancaman terhadap generasi muda Indonesia ke depan adalah lemahnya pemahaman aktualisasi wawasan kebangsaan, menurunnya semangat kebangsaan, kebhinekaan, rasa persatuan dan kesatuan. Kemudian kurangnya pemahaman nilai-nilai dasar Pancasila dan wawasan kebangsaan, serta konflik SARA serta meningkatnya kekerasan.

Pengaruh global dengan ideologi kapitalsme dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan ekses negatif, serta lemahnya semangat kebersamaan dan kegotongrotongan, juga menjadi ancaman. Bahkan, belakangan semangat kebersamaan dan kegotongroyongan melemah. Penghargaan pada simbol-simbol negara pun begitu rendah. Otonomi daerah dengan pelaksanaannya cenderung menyimpang dan penyalahgunaan wewenang. Rendahnya ketauladanan juga menjadi ancaman kerukunan generasi emas Indonesia.

 Buka FotoWalikota Padang diwakili Asisten I Edi Hasyimi berikan sambulan. (Foto Yurnaldi/AjarDetik.com)

Derasnya arus informasi global dapat mengikis nilai-nilai lokal dan memecah belah masyarakat. Globalisasi dapat memicu sentimen primordial dan konflik antarkelompok masyarakat. Munculnya sikap intoleran dan eksklusivisme di tengah keberagaman menjadi tantangan besar.

Demikian benang merah yang mengemuka dalam Acara Pembekalan Wawasan Pembauran Kebangsaan bagi Generasi Muda Antaretnis di Kota Padang Tahun 2024, yang diadakan Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kota Padang, Kamis (25/7/2024) di Ruangan Bagindo Aziz Chan, Kantor Balaikota Padang, Aia Pacah, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat.

 Buka Foto 

Kepala Kesbangpol Kota Padang Tarmizi Ismail, Asisten Bidang Pemerintahan Edi Hasyimi, dan Ketua FPK Suardi Z Datuk Garang. (Foto Yurnaldi/AjarDetik.com)

Diiikuti 40 peserta generasi muda dari sembilan etnis di Kota Padang, acara yang dibuka Walikota Padang diwakili Asisten Bidang Pemerintahan  Dr. Edi Hasyimi, menghadirkan tiga narasumber, yakni Drs Suardi Z Datuk Garang, Ketua Forum Pembauran Kebangsaan Kota Padang,  Rini Jamrah, S.Pd. MM, Widyaswara Ahli Madya BPSDM Provinsi Sumatera Barat, dan Drs Agus Suherman, SH.MM., Kepala Bidang Kewaspadaan Nasional dan Penanganan Konflik.

Suardi mengatakan, Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) adalah wadah informasi, komunikasi, konsultasi, dan kerjasama untuk dapat menumbuhkan, memantapkan, mengembangkan dan memelihara hubungan (pergaulan) kebangsaan antarwarga masyarakat yang beraneka ragam suku, ras, agama, etnis dan adat budaya.

“Tugas dan kewajiban FPK adalah menjaring dan menampung aspirasi  masyarakat di bidang pembauran kebangsaan. Menyelenggarakan forum dialog dengan pimpinan organisasi FPK, pemuka adat, agama, suku, dan masyarakat. Menyelenggarakan sosialisasi kebijakan yang berkaitan dengan pembauran kebangsaan. Dan merumuskan rekomendasi kepada gubernur sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan pembauran kebangsaan,” katanya.

Suardi menjelaskan, kewajiban FPK tingkat provinsi, kebaupaten/kota, kecamatan, kelurahan/ desa adalah membina, memelihara ketentraman, ketertiban dan kedamaian masyarakat untuk menjaga munculnya ancaman keutuhan bangsa. Menumbuhkembangkan keharmonisan antarwarga dengan saling pengertian, saling menghormati dan saling percaya dan kerjasama. Mengkoordinasikan dengan pemerintah fungsi dan kegiatan serta pe sampai desa. Menggordinasikan pimpinan FPK dengan tokoh agama nyelenggaraan pembauran kebangsaan baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota, serta wilayah kecamatan.

 Buka Foto

Sebanyak 40 Generasi muda Kota Padang dari sembilan etnis mengikuti Pembekalan dari Forum Pembauran Kebangsaan. (Foto Yurnaldi/AjarDetik.com) 

Suardi memaparkan, faktor pemicu terjadinya konflik antaretnis adalah sikap primordialisme yang berlebihan, perbedaan keyakinan (agama), perbedaan orientasi nilai mudaya. Kemudian perbedaan kepentingan individu, prejudice yang berlebihan dan streatip negatif pada etnis tertentu.

Menurut Suardi, generasi muda harus membangun kesadaran sikap dan prilaku sebagai warga negara dengan rasa cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, rela berkorban. Berkarakter secara kognitif, efektif, dan konotatif. Kemudian memupuk hidup berkerukunan melalui rumah tangga, kampuang dan nagari.

Sementara Rini  Jamrah dengan materi Melestarikan Bhinneka Tunggal Ika di Era Digital mengatakan, keberadaan Indonesia yang penduduknya sedemikain besar, mebih 280 juta jiwa, terdiri dari lebih 1.300 suku bangsa dan 700 lebih bahasa daerah, dan 17.000 lebih pulau-pulau di nusantara mengatakan, generasi muda harus merekat persatuan dan kesatuan agar semakin erat. Jangan sampai terpecah belah.

 Buka Foto

Peserta dibuat relaks. (foto Yurnaldi/AjarDetik.com)

“Jika nilai-nilai dari kelima Pancasila kalau dipahami dan diamalkan dengan baik, maka tak akan ada konflik. Dari sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, kita seharusnya menjalin toleransi, saling menghormati kepercayaan masing-masing untuk membina kerukunan. Sila kedua Kemanusiaan yang Adil dan Beradap, nilai-nilai yang terkandung adalah mencintai dan menumbuhkan rasa tenggang rasa, serta menjunjung tinggi sikap kemanusiaan,” katanya. “Sila ketiga Persatuan Indonesia, kita dituntun bagaimana menempatkan persatuan bangsa (asas Bhinneka Tunggal Ika) di atas kepentingan pribadi dan golongan. Sila keempat, Kemanusiaan Yang Pimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan salam Permusyawarakat/Perwakilan, mengharuskan kita menjunjung tinggi asas kekeluargaan dalam musyawarah yang dilakukan dengan hati nurani luhur. Sila kelima; Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, mengembangkan perbuatan adil yang mencerminkan nilai-nilai luhur, kekeluargaan dan kegotongroyongan.”

Buka Foto

Narasumber Rini Jamrah (kiri) bikin simulasi dari masing-masing etnis. (Foto Yurnaldi/AjarDetik.com)

Menurut Rini Jamrah, generasi muda selarang harus memahami makna Bhinneka Tunggal Ika dalam kontek kekinian. Makna persatuan, meskipun terdiri dari beragam suku, agama, dan budaya, bhinneka Tunggal Ika mempersatukan seluruh rakyat Indonesia. Makna keseteraan; semboyan ini menjunjung tinggi keberagaman dan menghargai setiap individu tanpa diskriminasi. Makna harmoni;  Bhinneka Tunggal Ika mendorong toleransi dan keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.

Buka Foto

Ketua Forum Pembauran Kebangsaan Suardi dan peserta dari etnis Palembang. (Foto Yurnaldi/AjarDetik.com)

Sedangkan Agus Suherman dalam pemaparannya mengajak generasi muda menerapkan nilai-nilai kebangsaan dari Pancasila. Wawsan kebangsaan adalaj konsep politik bangsa Indonesia yang memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar laut dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan. Itulah yang menyatukan bangsa dan negara secara utuh menyeluruh, yang mencakup segenap bidang kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan.

“Wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI adalah cara kita sebagai bangsa Indonesia di dalam memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan, dengan berpedoman kepada falsafah Pancasila dan UUD 1945. Atau dengan kata lain, bagaimana kita memahami Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan Poleksosbud dan Hankam,” paparnya. (YURNALDI)

 Buka Foto

  Peserta foto bersama (Foto Yurnaldi/AjarDetik.com)

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال