PADANG, AjarDetik.com -- Kita akan menyusun gelar sako seluruh anak kemenakan Suku V Panjang Rumah Gadang Panjamuran Kaum Dt. Rajo Mangkuto, baik yang di rantau maupun yang di kampuang. Dengan demikian kita berharap terpicu kembali semangat Badunsanak dan Banagari. Sehingga secara bertahap akan tertata kembali alur sako joo pusako.
Demikian dikatakan Metri Hasan Dt Rajo Mangkuto, Penghulu Suku V Panjang Rumah Gadang Panjamuran Nagari Kacang, Kabupaten Solok, kepada AjarDetik.com, Senin (2/10/2023) malam di Padang. “Secara resmi nanti kita di Kerapatan Adat Nagari Kacang akan meminta para pemangku Adat untuk menata kembali gelar sako seluruh anak kemenakan di Kaum masing-masing yang berasal dari Nagari Kacang,” ujarnya.
Dt Rajo Mangkuto seusai pengukuhan, (Foto Wedy Lezmana)
Metri Hasan mengungkapkan hal itu, setelah Sabtu (30/9/2023), dikukuhkan sebagai penghulu Suku V Panjang Rumah Gadang Panjamuran di Nagari Kacang, Kabupaten Solok. Nagari Kacang sudah terkenal dari dulu sebagai penghasil limau (jeruk) Kacang paling manis di Indonesia. Plasma Nutfah buahan khas Nagari Kacang itu setelah punah akibat hama, sejak beberapa tahun terakhir kembali ditumbuhkembangkan, dan sudah dipanen.
Dt Rajo Mangkuto menjelaskan, dimulai dari Nagari Kacang, kita berharap nanti Lembaga Kerapatan Adat dan Alam Minangkabau (LKAAM) Sumatera Barat meminta secara berjenjang kepada LKAAM Kabupaten/Kota dan LKAAM Kecamatan serta terus ke KAN seluruh nagari, untuk menata kembali gelar sako anak kemenakan.
Tokoh adat Nagari Kacang. (Foto Wedy Lezmana)
“Nan tingga dijapuik. Nan hilang dicari. Nan Hanyuik dipintehi. Akan sampai pada saatnya nanti seluruh keturunan orang MinangkKabau Ketek Banamo Gadang Bagala. Akan semakin jelaslah nanti di mana pun orang Minangkabau berdomisili akan terbedakan dengan suku lain. Karena seluruh laki-laki orang Minangkabau yang telah berkeluarga akan tersemat di namanya gelar sako kaum masing-masing. Dan akan semakin nyata di mana pun laki-laki Minangkabau berumah tangga dengan nama yang di ujungnya disematkan gelar sako,” jelas Dt RajoMangkuto.
Dt Rajo Mengkuto berpendapat, pada saatnya semangat ke-Minangkabau-an akan bergelar kembali. Kalau pada masa lalu tatkala anak mulai masuk usia sekolah, dikirim ke kampung dan akan dibimbing nenek dan kakeknya untuk mengaji dan sekolah, serta memberi bekal dasar pengetahuan Adat dan Budaya serta pengetahuan tentang sako jo pusako kaum.
Metri Hasan Dt Rajo Mangkuto dan istri Prof. Dr. Ir. Husmaini, MP. (Foto Wedy Lezmana)
Kalau zaman sekarang, mungkin pada usia sekolah menengah atau kuliah anak keturunan orang Minangkabau di rantau dan di manca negara, pulang ke Sumatera Barat untuk melanjutkan pendidikan dan mengisi bekal pengetahuan Adat dan Budaya serta sako joo pusako kaum masing-masing.
“Secara menyeluruh, program ini kalau dijalankan di Minangkabau akan menimbulkan multi efek. Adat dan Budaya Minang Kabau terlestarikan, sako dan pusako tertata dan terjaga, ekonomi Minangkabau akan berkembang. Kenapa tidak, diperkirakan seluruh keturunan Minangkabau yang berserakan di seluruh Nusantara dan Mancanegara mengirim putra-putrinya pulang ke Minangkabau untuk melanjutkan pendidikan dan mengisi bekal pengetahuan Adat dan Budaya serta ikut menyimak dan memakai serta menjaga pada saatnya sako dan pusako Kaum masing-masing di nagarinya,” papar Metri Hasan Dt Rajo Mangkuto.
Tokoh masyaraiat yang hadir saat pengukuhan Dt Rajo Mangkuto. (Foto Wedy Lezmana)
Jika gagasan ini jalan, tak akan kurang 1 juta orang Minangkabau akan menerima anak kemenakan untuk melanjutkan pendidikan di Minangkabau. Dampak yang dahsyat dengan biaya langsung seorang siswa sekira Rp1,5 juta per orang per bulan, berarti Rp1,5 triliun uang beredar di Minangkabau (baca Sumatera Barat).
Belum lagi dampak ikutannya. Keluarga berwisata ke Sumatera Barat sambil pulang kampung. Keluarga berobat ke RS di Sumatera Barat sambil melihat anak, orang tua atau famili di kampung. Dan ini akan meningkatkan uang beredar menjadi sekira Rp 2,5 triliun per bula.Suatu perputaran ekonomi yang dahsyat untuk Sumatera Barat.
“Semoga pemerintah dan masyarakat Minangkabau bahu-membahu untuk mewujudkannya,” harapan Dt Rajo Mangkuto. (yurnaldi)
Indra YD Manti Alam (kanan). Foto; dok.