PADANG, AjarDetik.com -- Wartawan utama yang juga sekaligus wartawan fotoYurnaldi berpeluang memenangkan lomba foto Jurnalistik Kebudayaan 2023, setelah yang bersangkutan memerima undangan dan pemberitahuan dari pihak penyelenggara lomba, Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, tanggal 11 Mei 2023 lalu.
“Alhamdulillah, sedari awal saya sudah yakin bisa jadi salah seorang nomine lomba foto jurnalistik kebudayaan yang diikuti oleh ratusan peserta ini. Semoga saja juri dengan keprofesionalannya bisa memilih salah satu karya saya menjadi pemenang,” kata Yurnaldi, mantan wartawan/Editorial KOMPAS yang sudah malang melintang hunting foto di Indonesia dan di sejumlah negara di Asia, Eropa, Australia, dan Afrika.
Yurnaldi (depan, batu kotak-kotak) ketika bertugas di Inggris, berfoto bersama teman teman wartawan di kantor BBC London, di UK, London, Inggris.(Foto: Dok.Nal)Sebelumnya, foto-foto karya Yurnaldi yang kuat mendukung feature tentang Gerhana Matahari Total (GMT) tahun 2016 yang melintasi pertama kali wilayah Indonesia di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat, juga meraih juara pertama yang digelar Kementerian Pariwisata dan salah seorang pemenang pada lomba foto GMT yang digelar PT PLN dan koran harian Media Indonesia.
Foto dan tulisan esai Yurnaldi di harian Kompas. (Foto repro: Yurnaldi)Seperti dilaporkan panitia penyelenggara, 15 nomine yang diundang untuk menghadiri FGD dan sekaligus pengumuman pemenang, hari Rabu (17/05/2023) di HW Hotel Padang, Jalan Belakang Tangsi, Kota Padang adalah (berdasarkan abjad) adalah Ade Yuandha, Al Ikrom, Andri Mardiansyah, Deni Dahniel, Desrian Eristha, Jondel Firisman Yanto, Mansurdin Tanjung, Muhammad Noli Hendra, Rafi Tanjung, Rina Novita, Soliman Nsetia, Yurnaldi, Yogi Brima, Yogi Pranata, dan Zikra Arahman.
Profil Yurnaldi di majalah yang terbit saat Hari Pers Nasional (HPN) di Kota Padang, Sumatera Barat, tahun 2018. (Foto Repro; Nal)
“Walaupun saya hanya berkesempatan memotret dengan kamera telepon seluler, namun saya tetap percaya diri. Karena kamera itu hanya alat. Kemampuan merekam peristiwa tergantung pemahaman dan bagaimana menerjemahkan tema lomba dan subyek foto yang kita bidik,” jelas Yurnaldi, yang selain beberapa kali memenangkan lomba foto nasional, juga acapkali menjadi juri lomba foto di daerah dan nasional. Menulis buku jurnalistik foto dan memberikan pelatihan foto jurnalistik kepada wartawan, mahasiwa, dan staf kehumasan sejak 30 tahun terakhir sampai sekarang.
Pesona keindahan alam Sumatera Barat di Nagari Tuo Pariangan, Kabupaten Tanahdatar, yang merupakan salah satu negeri/desa terindah di dunia. (Foto Yurnaldi).Ketika masih aktif sebagai wartawan/editorial di harian Kompas (1995-2011), karya-karya jurnalistik foto Yurnaldi sering dimuat di halaman depan dan/atau foto utama. Pada peristiwa-peristiwa besar tertentu karyanya juga menghiasi halaman esai foto di Kompas, serta foto pilihan Kompas akhir tahun, seperti Gempa Kerinci, Gempa Bengkulu, dan ambruknya Jembatan Muara Beliti di jalan lintas tengah Sumatera di Provinsi Sumatera Selatan.
Juga sering meliput pameran foto dan peluncuran buku foto di Indonesia, ketika bertugas di Desk Kompas Minggu dan Desk Humaniora harian Kompas.
Menurut Yurnaldi yang pernah disandera dan sebulan kemudian bertemu Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Ishak Daud (alm), tahun 2014, di tempat persembunyiannya, dan meminta melepaskan sandera wartawan Ersa Siregar, seorang wartawan profesional harus multitalenta. Tidak hanya kuat dalam karya tulis jurnalistik, tetapi juga kuat dalam foto jurnalistik.
Sebagian dari buku-buku jurnalistik karya Yurnaldi. (Foto Yurnaldi).“Era sekerang wartawan dan atau pihak Humas/Public Relation dituntut selain piawai menulis beragam karya tulis jurnalistik, juga piawai foto jurnalistik,” ujar Yurnaldi, yang sudah melang melintang sebagai wartawan selama 38 tahun dan menulis buku-buku serial jurnalistik wartawan hebat, seperti Kiat Praktis Jurnalistik, Jurnalistik Siap Pakai, Jawara Menulis Artikel, Menjadi Wartawan Hebat, Foto Jurnalistik dan Menjadi Kaya dengan Foto, Jurnalisme Kompas, Kritik Presiden dan Jurnalisme Hoax, Wartawan & Penulis Diperhitungkan: Menang dalam Kompetisi. (*)
Kumbang Kepik Emas, salah satu jenis serangga langka dan termahal du dunia, yang ditemukan keberadaannya oleh Yurnaldi di Negeri Terindah di Dunia, Kabupaten Tanahdatar, Provinsi Sumatera Barat. (Foto Yurnaldi)