Oleh: Hasnul
Pemimpin Umum AjarDetik.com
Pembaca Budiman,
Mencermati persoalan yang terjadi dari detik ke detik, baik di level daerah hingga pusat, sebagian kita tentu tercengang, atau bangga, atau sedih, dan berbagai perasaan lainnya. Informasi di media sosial yang datang tanpa diundang dan masuk ke ranah privat sekalipun, sungguh menyesakkan. Apalah informasi tentang pejabat kita, tentang kekayaan mereka yang sumbernya sangat mencurigakan. Kuat dugaan tentu diperoleh dengan cara yang tak benar.
Korupsi benar-benar sudah di luar batas. Sudah membudaya. Sudah menjadi hal yang lumrah. Soal pejabat pajak yang hartanya tak masuk akal, soal pejabat yang kekayaannya bisa naik 100 persen, 200 persen, dan sebagainya. Padahal kita tahu gaji pokok mereka sebagai pejabat.
Ketika pejabat pajak jadi sorotan belakangan ini, bidikan juga mengarah kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani. Sri Mulyani dalam wawancaranya dengan Andy Noya, punya terus terang dan menjelaskan seteranf-terangnya, tentang “kecurigaan”. Kita Salut dengan Sri Mulyani. Saya pikir apa yang disampaikan Sri Mulyani hendaknya jadi pembelajaran. Maksudnya, ketika publik curiga dan mempertanyakan, coba jelaskan secara terbuka kepada publik. Menteri Keuangan ini contoh menteri yang paham dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Jika hal ini sebuah pembelajaran, tentu kita berharap, misalnya seorang gubernur jika ada sas-sus atau pertanyaan dari media atau publik mempertanyakan soal harya kekayaannya, cobalah pula jelaskan pula asal-usul harya kekayaan itu. Jangan sampai publik memelihara prasangka tanpa ada upaya pejabat publik yang dimaksud untuk menjelaskannya.
Oke, saya tentu tak hendak menyoroti banyak hal di sini. Kolom ini hanya sekadar menjelaskan, bahwa media yang tengah Anda baca ini, akan memulai memberikan pencerahan kepada publik. Publik jangan sampai termakan informasi hoaks atau informasi bohong. Dan pejabat publik tentu jangan pula sekali-kali membohongi publik.
Dari kata pembelajaran, kami mengambil kata dasarnya; Ajar. Dari situlah nama media ini kami buat.
Keberadaan media daring ini tentu tak bisa dilepaskan dari perkembangan revolusi digital. Revolusi digital telah mengubah perilaku dan kultur masyarakat dalam berkomunikasi atau mengkonsumsi berita.
Di tengah revolusi digital dan demokratisasi media yang mewujud dengan kehadiran media sosial, maka tantangan terberat media massa/daring adalah bagaimana media daring tak hanya semata-mata di bisnis berita atau bisnis informasi, tetapi dalam bisnis pengaruh (pengaruh di masyarakat dan pengaruh di ranah komersial).
Adalah fakta, jurnalisme era milenial cenderung memproduksi sensasi, tidak pada substansi. Belum apa-apa sudah dicap berita viral.
Jurnalisme yang cerdas adalah yang memberikan manfaat/pembelajaran pada masyarakat, menjadi teman dari perubahan dan memberi kontribusi pada peradaban. Di tengah era yang berubah, mestinya yang dikedepankan adalah jurnalisme yang berkedalaman, menawarkan perspektif, mengedepakan akurasi (jurnalisme presisi) dan memberi makna atas berita (jurnalisme makna).
J
urnalisme era pandemi dan era masa depan harus menjadi penjernih informasi dan ramah pengetahuan di tengah informasi yang berserak.
Media yang dibutuhkan sekarang dan ke depan adalah bagaimana enak dibaca, segar dilihat, tetapi tetap kredibel, dan bisa dipercaya. Teguh dan keras dalam prinsip, tetapi lentur dan lembut dalam cara.
Menyajikan berita yang beretika, adalah bentuk tugas insan pers membangun bangsa dan negara. Tugas tersebut tak terhenti sampai di situ. Media massa/daring melalui insan pers juga dapat membangun optimisme masyarakat. Kepercayaan diri dan harapan positif ini bisa menjadi modal bagi bangsa Indonesia memenangkan persaingan global.
Di tengah banjirnya informasi dan serbuan media baru, media massa kini semakin ditantang untuk terus menjadi sumber informasi yang terpercaya. Bukan media penyebar kebohongan (hoaks). Media masa kini dan masa depan harus jadi media yang senantiasa mengedepankan verifikasi juga keberimbangan dalam penyampaian informasi.
Teknologi dan informasi terus tumbuh kembang dan menjadi kebutuhan masyarakat. Bisnis media adalah bisnis persaingan antarmedia yang semakin ketat. Bisnis untuk bisa mendapatkan iklan dan pembaca sebanyak-banyaknya. Benar, sekarang banyak media daring, tapi itu hanya sekadar masuk hitungan. Bukan media yang diperhitungkan. Dan tekad kami adalah menjadi media daring yang diperhitungkan.
Beruntung media daring ini Pemimpin Redaksinya Yurnaldi, wartawan profesional yang sudah malang melintang selama 38 tahun. Wartawan utama lulusan terbaik Lembaga Pers Doktor Soetomo (LPDS) angkatan 22 tahun 2013 lalu. Yurnaldi adalah penulis buku-buku jurnalistik di Indonesia dan buku-bukunya menjadi referensi di kalangan mahasiswa, dosen komunikasi, dan wartawan. Dia sekaligus mentor yang sudah melatih/mendidik ribuan wartawan, calon wartawan, redaktur. Juga berpengalaman jadi konsultan konten media di Haluan Media Group dan harian Singgalang.
Mantan wartawan/editorial Kompas ini sudah berpengalaman liputan di dalam dan luar negeri, di sejumlah negara di Asia, Eropa, Australia, dan Afrika. Prestasinya, jangan disebut. Bisa ditelusuri di google dan atau wikipedia.
Selain Yurnaldi, juga ada Pinto Janir. Setali tiga uang, Pinto Janir sama hebatnya dengan Yurnaldi. Wartawan yang seniman dan budayawan. Sama-sama sastrawan juga. Kedua tokoh pers ini, adalah modal yang sangat berharga bagi media yang Anda baca ini.
Bagi kami hal ini modal untuk memberikan yang terbaik bagi pembaca.
Benar kata Rasulullah Nabi Muhammad SAW, bahwa serahkanlah suatu pekerjaan kepada ahlinya, jika tidak tunggulah kehancuran.
Kami, tentu, tak ingin media ini hancur. Akan tetapi bagaimana kita berkolaborasi, bermitra membangun perabadan, untuk memberikan pembelajaran berharga kepada publik, kepada masyarakat. Pembelajaran yang bermakna melalui informasi yang mungkin saja menjadi/memberi inspirasi, mengedukasi, bahkan juga menggugah empati.
Sekali lagi, harapan kami tentu harapan kita semua. Untuk itu, mari kita berkerja sama. Bermitra untuk saling menguntungkan.
Salam.